Wednesday 18 July 2018

Sistem perkawinan masyarakat adat batak dalam arti positif




Setiap manusia yang berlainan jenis kelamin saling membutuhkan untuk dijadikan teman hidupnya, sebagai perwujudan sifat naluri tersebut sesuai dengan norma-norma agama. Perkawinan dalam arti membentuk rumah tangga pada kenyataannya menunjukkan perbedaan di samping ada juga persamaannya antara suku bangsa yang satu dengan suku bangsa yang lain, hal ini dapat disebabkan karena adat istiadat yang berbeda atau juga perbedaan agama yang dianut. Dalam melaksanakan perkawinan hendaknya dipenuhi ketentuan-ketentuan atau syarat- syarat baik itu yang ditentukan oleh undang-undang perkawinan, agama, dan juga yang ditentukan oleh adat-istiadat suatu daerah (suku bangsa).
Seiring dengan perkembangan jaman, masyarakat Batak saat ini memperbolehkan anaknya menikah dengan suku lain dikarenakan rata-rata masyarakat Batak merantau dan menikah dengan wanita setempat, dan didukung juga wanita Batak jarang ada didaerah perantauan. Dari perkembangan jaman tersebut, banyak terjadi perkawinan campuran antara pria Batak dengan wanita dari suku lain dimana tempat si pria Batak tersebut merantau. Perkawinan itu sendiri tetap menggunakan adat Batak, sebelum dilakukannya perkawinan adat Batak maka pihak wanita terlebih dahulu diberi marga untuk mengesahkan dia masuk kedalam lingkungan masyarakat adat Batak. Pemberian marga ini dilakukan oleh paman dari pihak ibu laki-laki kepada pihak wanita yang memerlukan tahapan-tahapan, karena pemberian marga disini akan mengakibatkan dia harus ikut dan berpartisipasi dalam segala hal kegiatan adat Batak.


Songon Hata ni umpasa



Dari Laboratorium: Asa dohonon ma songaon hata ni umpasa :

Marsitukkol-tukkolan songon suhat di robean,
Marsiamin-aminan songon lappak ni gaol.

Rap nakkok tu dolok, Rap manimbung tu toruan.
Mamasu-masu ma Tuhan ta pardenggan Basa I tu hita sude pinomparna.

Na metmet simbur magodang songon ombusan pora-pora,
sahat tu saur matua, dihaliangi anak, boru, hela, pahompu, nini dohot nono.

Horas pardalan-dalan, mangomo partiga-tiga, martamba-tamba karejo dohot pangkat ni pegawai. Gabe na ni ula, sinur nang pinahan.
Horas Pir Sakti Tondi Madingin, Horas Pir Sakti Tondi Matogu. 
Martinangi ma Tuhan ta, disahaphon ma tu hita ganup hamoraon, hagabeon dohot hasangapon.

Wednesday 11 July 2018

Telah Terbit Buku Panduan Adat untuk Kalangan Tumpuan Sendiri



ADAT namarlapatan: ima hasomalan ni ngolu namarhapantunon adong tatakrama. “Adat Istiadat” ima ngolu hapantunon na nilinggoman ni uhum dohot peraturan naberlaku ditonga-tonga ni masyarakat. Ia Adat Batak dohot Partuturon di Halak Batak natatean do i sian angka Ompunta sijolo-jolo tubu, asa gabe adong petunjuk manang pedoman di hangoluon ni halak Batak, namangatur ragam ni parsaoran dohot parange asa sude ngolui mardalan dohot denggan jala manuju tu hasonangan
 
Demikian sebagai Kata Pembuka dari website http://tondangmargana@blogspot.com yang salah satunya ada kolom Tokoh Panurat yakni alm. St. D.P. Hutagalung, beliau adalah amang simatua saya langsung. Dalam hal ini Beliau sudah banyak mencetak Raja Parhata, Raja Protokol, Raja Adat yang dulunya tokoh-tokoh muda di marga Hutagalung yang belum punya pengalaman di bidang paradaton. Tetapi sekarang mereka aktif di setiap ulaon acara batak.
 
Sehubungan dengan itu, Saya akan juga mengajak tokoh muda Tondang untuk memulai membesarkan nama Tondang dan memajukan Tondang melalui kegiatan yang nantinya juga akan Kami usulkan sampai Pelatihan Adat dan  Seminarnya.
 
Buku ini hanya referensi, karena Sistem marga memang termasuk budaya. Tetapi budaya adat perkawinan lah yang menjadi pengikat sistem marga di Orang batak. Dalam hal Perkawinan antara orang Toba dan orang Simalungun sudah lama terjadi dan berkecenderungan semakin meningkat. Perkawinan orang-orang dari kedua suku itu relatif tidak menghadirkan masalah, paling tidak bila dibandingkan dengan perkawinan antara orang Simalungun dengan suku lain. Barangkali ini dikarenakan banyaknya kemiripan, baik dalam hal adat mau pun bahasa, dan juga kedekatan geografis.
 
Sesuai Visi dan Misi Tumpuan Kita yang dirasakan masih adanya perbedaan persepsi dan bahkan keraguan akan kemampuan organisasi untuk bisa mewujudkannya. Oleh karena itu untuk memupuk saling menghargai sesama Pomparan Marga Tondang Boru Panagolan, saling kasih mengasihi dalam semua aspek kehidupan serta serta melestarikan Adat Batak sebagai etika perilaku hubungan kekerabatan sebagaimana sistem kemasyarakatan suku Batak pada umumnya).
 
Demikian dengan harapan dapat diwujudkannya Tumpuan yg sesungguhnya yakni Tumpuan Tondang Boru Pakon Panagolan Se-Jabodetabek dengan dukungan dan partisipasi dari seluruh warga Tondang.
 
 
Jakarta, 01 April 2016

Hormat Kami,

Pedoman Protokol diUlaon Pesta Unjuk Pamasu-masuon parbagason









Buku Silsilah Marga Tondang Bagian 1 Sejarah Marga Tondang